HUJAN ASAM
Disusun Oleh:
MISTRIYANTI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir
abad 17, hal ini diketahui dari buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan
judul “A General History of The Air”. Buku tersebut menggambarkan
fenomena hujan asam sebagai “nitrous or salino-sulforus spiris”.
Selanjutnya revolusi industri di Eropa yang
dimulai sejak awal abad ke 18 memaksa penggunaan bahan bakar batu bara dan
minyak sebagai sumber utama energy untuk mesin-mesin. Sebagai akibatnya,
tingkat emisi precursor (factor penyebab) dari hujan asam yakni gas-gas SO2,
NOx dan HCl meningkat. Padahal biasanya precursor ini hanya berasal dari
gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan.
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh
Robert Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester,
sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena
hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The
Beginnings of Chemical Technology”.
Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam dari
pada hujan biasa. Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat basah (dari
hujan, salju, hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh
gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali
pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negatif
berupa air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada.
Istilah keasaman berarti bertambahnya ion
hydrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika
kemasukan ion hydrogen yang berasal dari asam sulfat (H2SO4)
dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi
sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dalam hydrogen
peroksida.
Masalah hujan asam dalam skala yang cukup
besar pertama terjadi pada tahun 1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia
meningkat keasamannya hingga mengakibatkan berkurangnya populasi ikan.
Hujan yang normal seharusnya adalah hujan yang
tidak membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan memang sedikit asam
karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2 di
udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan
terlarut di air hujan. Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka
pH-nya akan turun dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam.
Hujan asam sebenarnya dapat mencegah pemanasan
global (global warming), gas buang seperti SO2 penyebab hujan
asam mampu memantulkan sinar matahari keluar atmosfer bumi sehingga dapat
mencegah kenaikan temperature bumi. Akan tetapi, efek samping dari hujan asam
menghasilkan kerusakan lingkungan yang lebih parah dibandingkan global warming.
Sebenarnya istilah hujan asam kurang tepat
untuk menggambarkan jatuhnya asam-asam dari atmosfer ke permukaan bumi. Istilah
yang lebih tepat seharusnya adalah deposisi asam, karena pengendapan asam dari
atmosfir ke permukaan bumi tidak hanya melalui air hujan tetapi juga melalui
kabut, embun, salju, aerosol, bahkan pengendapan langsung. Istilah deposisi
asam lebih bermakna luas dari hujan asam.
Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti
air bersih, pengukuran pH diambil untuk menentukan keasaman yang dimilikinya.
Menurut US Environmental Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan
hujan normal memiliki pH sekitar 5,6. Nilai 7,0 dianggap netral, nilai yang
lebih tinggi dari 7,0 semakin alkali atau dasar, nilai lebih rendah dari 7,0
semakin asam. Ilustrasi di atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum.
Di
jaman sekarang banyak teknologi yang semakin canggih, contohnya mobil semakin
banyak, motor pun juga seperti itu pabrik banyak yang didirikan polusi pun
semakin meningkat, kadungan CO2 (karbondioksida) semakin banyak, O2 (oksigen)
menjadi semakin berkurang. Dari polusi yang semakin banyak dan meningkat suhu
udara semakin meningkat, jika polusi itu bercampur dengan uap air diawan akan
menyebabkan uap air bersifat menjadi
asam. Jika ada angin atau angin yang cukup besar, angina tersebut akan membawa
awan tersebut ketempat dimana angin tersebut berhenti. Jika uap air sudah
banyak dan menggumpal maka akan terjadi hujan asam. Air yang jatuh kepermukaan
bumi dari awan tersebut akan merusak tanaman,sungai,danau dan organisme
didalamnya juga dapat mematikan pohon, nerusak lahan pertanian, mancemari
tambak dan kolam ikan, marusak bangunan dan sebagainya.
Hujan
asam kerap terjadi di negara – negara industri. Contohnya di Amerika Serikat,
Kanada, Jepang dan negara – negara Eropa, karena disana banyak ditemukan
berbagai perusahaan industry yang memakai batubara. Di Negara Indonesia juga
bisa terjadi, karena di negara kita banyak yang memakai bahan bakar minyak.
Jika itu terjadi di Indonesia pasti terjadi di kota –kota besar yang menjadi
pusat industri seperti Jakarta , Bandung, dan Surabaya.
Untuk
mengetahui pengertian dari hujan asam, kemudian bagaimana proses terjadinya dan
apa dampak serta upaya yang dapat dilakukan. Pada bab selanjutnya kami akan
menyampaikan mengenai hal tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang di maksud dengan hujan asam?
2.
Bagaimana
proses terjadinya hujan asam?
3.
Apakah
akibat dari hujan asam?
4.
Bagaimana
pencegahan dari hujan asam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hujan Asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Hujan secara alami bersifat asam (pH
sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan
memiliki bentuk sebagai asam
lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan
oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam
nitrat
yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut
akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti
berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat
ini sedang gencar dilaksanakan.
Masalah hujan asam tidak hanya meningkat
sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang
menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi
polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan
lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya,
di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya
curah hujan di sini. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan
berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan
bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu
pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim
dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam
beracun seperi alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan
mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernafas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga
dihambat oleh tingginya kadar pH.
B.
Proses Terjadinya Hujan Asam
Ada dua
penyebab utama terjadinya hujan asam yaitu penyebab alami dan akibat ulah
manusia. Salah satu penyebab alami hujan asam adalah letusan gunung berapi dan dari proses biologis di tanah,
rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, pembangkit
tenaga listrik, kendaraan
bermotor
dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh
proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah
menjadi asam dan terdeposit ke tanah. Adapun
proses terjadinya hujan asam adalah sebagai berikut:
1.
Kegiatan
industri dan transportasi menghasilkan gas-gas pencemar udara.
2.
Bahan-bahan
kimia tersebut bercampur dengan uap air yang menyebabkan uap air bersifat asam
3.
Angina
membawa awan ke tempat yang lebih jauh.
4.
Terjadilah
hujan asam.
5.
Air
hujan merusak tanaman, sungai, danau, dan organisme yang hidup di dalamnya.
Ulah
manusia yang dapat menimbulkan hujan asam adalah pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batubara dan minyak yang sering dipakai di industri (pabrik),
pembangkit tenaga listrik, dan kendaraan bermotor.
Dari proses pembakaran bahan bakar fosil akan
dihasilkan berbagai gas. Di antara gas yang melayang ke udara itu ada zat yang
bersifat asam, yaitu sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Sulfur dioksida bisa
berubah menjadi asam sulfat. Sedangkan nitrogen oksida bisa menjadi asam
nitrat. Keduanya termasuk jenis asam yang kuat. Di atmosfer zat itu akan
bercampur dengan titik-titik air di awan yang mengakibatkan titik-titik air
menjadi asam. Nah, saat titik air di awan jatuh ke bumi maka terjadilah hujan
asam.
Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat,
asam nitrat, atau asam klorida yang ada di atmosfer baik sebagai gas maupun
cair terdeposisikan ke tanah, sungai, danau, hutan, lahan pertanian, atau
bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju, atau butiran-butiran cairan
(aerosol), ataupun jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari precursor
hujan asam dari kegiatan manusia (anthropogenic) seperti emisi pembakaran batu
bara dan minyak bumi serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti
letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab
deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di atmosfer dari precursor hujan asamnya
melalui reaksi katalitis dan photokimia. Reaksi-reaksi yang terjadi cukup
banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan secara sederhana seperti dibawah
ini.
1. Pembentukan
Asam Sulfat (H2SO4)
Gas
SO2 bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik
di atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH → HSO3
HSO3 + O2 →
HO2 + SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Selanjutnya apabila di
udara terdapat Nitrogen Monoksida (NO) maka radikal hidroperoksil (HO2) yang
terjadi pada salah satu reaksi di atas akan bereaksi seperti :
NO + HO2 → NO2 +
OH
Pada
reaksi radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO di udara,
maka reaksi radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi semakin banyak SO2,
maka akan semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.
2. Pembentukan
Asam Nitrat (HNO3)
Pada
siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida dengan
radikal hidroksil.
NO2 + OH → HNO3
Sedangkan pada malam hari
terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon.
NO2 + O3 →
NO3 + O2
NO2 + NO3 →
N2O5
N2O5 +
H2O → HNO3
Di
daerah peternakan dan pertanian akan cocok menghasilkan asam pada tanahnya mengingat
kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang
terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain
amoniak yang menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga
memungkinkan penetralan asam yang ada di udara.
HNO3
sangat asam dan larut dengan baik sekali. Selain itu juga merupakan asam keras
dan reaktif terhadap benda-benda lain yang menyebabkan korosif. Oleh sebab itu,
prespitasinya akan merusak tanaman terutama daun.
3. Pembentukan
Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya
terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan Chloroflorocarbon
(CFC) dan radikal oksigen.
CFC + hv(UV) → Cl* + produk
CFC + O* → ClO + produk
O* + ClO → Cl* + O2
Cl + CH4 → HCl + CH3
Reaksi di atas merupakan
bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon di
stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya
berkisar antara 62% oleh asam sulfat, 32% asam nitrat, dan 6% asam klorida.
Secara alami hujan asam
dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di
tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industry, pembangkit tenaga listrik, kendaraan
bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama ammonia). Gas-gas yang
dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer di
atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Bukti
terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industry dari pH 6 menjadi 4,5 atau
4. Informasi lain diperoleh dari organism yang dikenal sebagai diatom yang
menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun organism-organisme yang mati akan
mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan
meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar
kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara tahunan bila kita melihat ke
masing-masing lapisan tersebut.
Untuk memperjelas proses
terjadinya hujan asam di bawah ini akan kami tunjukkan gambarnya sebagai
berikut:
C.
Penyebab dan Akibat Hujan Asam
Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :
1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan
oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang
keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di
atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung
berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari
kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan
pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan
batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi
menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu
selanjutnya berubah menjadi asam sulfat.
2. NOx juga berasal dari aktifitas
jasad renik yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N
merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang
tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga
menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi
pula produksi oksida tersebut.
3. Hujan asam juga dapat terbentuk
melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen
mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel lainnya.
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak
yang ditimbulkan bersifat global dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Hujan asam
memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan
abiotik, adapun akibat hujan asam antara lain :
a.
Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya
spesies yang bertahan. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan
berkurangnya populasi ikan di danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi
ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan
populasi ikan. Asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan
trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga mengikat logam beracun seperti
alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan beberapa ikan mengeluarkan
lender berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit bernafas.
Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat oleh
tingginya kadar pH.
b.
Tanah
Efek tidak langsung dari hujan asam adalah efek terhadap tanah.
Gejala ini menyebabkan terjadinya pencucian mineral seperti Ca, Mg, dan
Potassium, yang merupakan mineral utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Mineral tersebut digantikan oleh logam berat seperti Al, yang justru
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat penyerapan air. Tanaman kemudian
mulai mati, karena kekurangan air. Adanya pelapukan dalam batang menandakan
terjadinya kerusakan system transportasi air pada tanaman.
c.
Tumbuhan
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara.
Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman
tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Perumbuhan akar
menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil dan
mineral-mineral penting menjadi hilang.
Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan
menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti alumunium yang akan
bercampur di dalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan
akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya
pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati.
d.
Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti,
namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara
khususnya oleh senyawa NOx dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dikarenakan
banyaknya factor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk factor
kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang
berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relative lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
D.
Pencegahan Hujan Asam
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam adalah
menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya
zat pencemar saat terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi.
a)
Menggunakan bahan bakar dengan kandungan
belerang rendah
Kandungan belerang
dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asam akan mengurangi emisi zat
pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha
lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non belerang atau bahan bakar
alternative yang ramah lingkungan, misalnya methanol, etanol, dan hydrogen.
b)
Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2
dan NOx pada waktu pembakaran telah dikembangkan. Salah satu tekologi
ialah Lime Injection in Multiple Burners (LIMB). Selain itu
bisa juga dengan penggunaan Scrubbers. Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur
oksida hingga 80-95%.
c)
Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas
ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang sudah banyak dipakai adalah Fle Gas
Desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan ammonia sebagai zat
pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai pupuk.
d)
Mengaplikasikan prinsip 3R (Refuse,
Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat
memproduksi suatu barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau
dapat di daur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat
dikurangi.
e)
Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari
hujan asam terhadap tanah ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat
kapur kedalam tanah atau kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun
danau dapat menetralkan sifat asam.
f)
Melakukan reboisasi atau penanaman kembali.
Keberhasilan program reboisasi dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama dalam aspek :
§ Fungsi
hidrologi
§ Fungsi
perlindungan tanah
§ Stabilitas
iklim mikro
§ Penghasil
O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
§ Potensi
sumber daya pulih yang dapat dipanen
§ Pelestarian
sumber daya plasma nutfah
§ Perkembangbiakan
ternak dan satwa liar
§ Pengembangan
kepariwisataan dan rekreasi
§ Menciptakan
kesempatan kerja
§ Penyediaan
fasilitas pendidikan dan penelitian
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam
hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit
dibawah 6) karena karbondioksida di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur)
yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen oksida. Zat-zat
ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat
dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh
hujan asam antara lain kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan
sedikitnya species yang bertahan, hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam
tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya
untuk tumbuh, korosi, dan menyebabkan terganggunya kesehatan manusia.
B.
Saran
Sebaiknya
dari pemerintah melakukan peraturan yang berkaitan dengan dampak dari hujan
asam pada pabrik-pabrik di kota untuk mengurangi proses produksi yang
berlebihan. Sehingga masalah hujan asam akan terkurangi. Dan masyarakat
sebaiknya juga mematuhi apa yang sudah menjadi peraturan pemerintah. Jika hal
ini dilakukan maka polusi atau hujan asam akan mulai hilang.
DAFTAR PUSTAKA